Kamis, 16 Desember 2010

Garam Dunia atau Cabe Dunia??

 I take this article from my friends in Facebook.
Semoga diberkati :)


**

Jadi teringat dengan cerita Mahatma Gandhi, orang paling berpengaruh di India dan dikalangan penganut hindu di sana, yang kecewa dengan perlakuan orang-orang yang mengaku “Kristen” tetapi sama sekali nggak mencerminkan sikap seperti Kristus. Pada akhirnya Mahatma Gandhi kagum kepada Kristus, tetapi kecewa kepada orang-orang Kristen.

Friends, apakah hidup kita lebih pantas disebut sebagai garam atau cabe rawit. Apakah dengan keberadaan kita justru “menyedapkan” lingkungan sekitar kita, atau malah membuat lingkungan kita jadi meringis karena “kepedesan” ?

Berbicara mengenai dampak, itu juga berbicara mengenai karakter kita. Karena karakter itu akan timbul menjadi sikap yang natural saat kita berada di lingkungan kita. Lalu bagaimana dengan karakter kita, apakah itu bisa diteladani ?

Saya berpikir dan merenung setelah menjalani sebuah hari, pertanyaannya sederhana: Bagaimana kehadiranku hari ini? Apakah menjadi berkat/kutuk? Apakah menjadi teladan/menjadi sindiran? Apakah dengan kemarahanku orang lain merasa terberkati? Atau justru dengan bercandaanku orang lain merasa tersindir & marah?

Selalu ingat, bahwa kita akan selalu disorot oleh dunia, karena kita bukan berasal dari dunia ini. Dan apa yang berasal tidak dari dunia ini akan selalu dilihat oleh dunia ini, entah itu untuk mencari kesalahan atau mencari keteladanan. Berhati-hatilah dalam bertindak, berkata, berpikir, bahkan saat bercanda.

Karena kita ini adalah “GARAM DUNIA” bukannya “cabe dunia”

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." - Matius 5:16

Stay Blessings :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar